Mengenal Kata Jangan dalam Parenting Islami

Pernahkah kita mendengar larangan menggunakan kata ‘jangan’ dalam mendidik anak? Kita selalu diarahkan untuk berkata sebaliknya atau mencari padanan kalimat yang lebih positif maknanya. Tujuannya agar anak-anak lebih fokus pada perintah dengan kalimat yang baik. Karena kata jangan seringkali mengganggu konsentrasi anak-anak sehingga justru membuat anak melakukan yang dilarang.

Seperti contohnya saat akan melarang anak berlari menggunakan kata ‘jangan’ dan ‘lari’. Beberapa orang meyakini bahwa anak-anak lebih fokus pada kata ‘lari’, sehingga mereka justru melakukannya. Anak-anak belum bisa memahami kata ‘jangan’ pada kalimat ‘jangan lari!”.

Apalagi ketika menggunakan kata ‘jangan’ disertai dengan emosi yang meluap seperti membentak atau memarahi anak. Tentu membuat anak semakin tidak paham maksud kalimat yang disampaikan oleh orang tuanya. Maka, para pakar psikolog lebih menitikberatkan pada pemilihan kalimat sepadan yang lebih positif seperti ‘berjalan saja’. Harapannya anak-anak bisa lebih cepat merespon tindakannya dengan tepat.


Nampak indah dan sepertinya anak akan tumbuh dengan nilai-nilai yang lebih positif. Tapi pernahkah terpikir bahwa meninggalkan kata ‘jangan’ dalam proses mendidik anak-anak justru membuat zona abu-abu bagi mereka? Tanpa disadari, dengan mengesampingkan kata ‘jangan’ justru membuat anak-anak tidak memahami yang mana perilaku yang tidak boleh dilakukan dan mana yang boleh. Mereka tidak bisa mengidentifikasi benar dan salah dengan tepat. Karena tidak pernah mendengar kata yang bermakna ‘larangan’.


Al-Qur’an sebagai kitab suci umat muslim sekaligus pedoman hidup, terdapat ratusan kata ‘jangan’ dalam bahasa Al-Qur’an, identik dengan kata ‘la’ yang artinya sesuai dengan terjemahan dari Kementerian Agama adalah ‘jangan’. Al-Qur’an adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala yang artinya perkataan langsung dari Tuhan. Kata ‘la’ dalam Al-Qur’an terbagi ke dalam beberapa pembahasan, yaitu tentang akidah, akhlak, syariat, kisah masa lalu, dan ada juga yang bermakna doa. Mengapa Allah subhanahu wa ta'ala menggunakan kata ‘jangan’ lebih dari 300 kata dalam Al-Qur’an, sedangkan pakar pendidikan anak sebagian menganjurkan untuk menghindari kata tersebut?


“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar,” (QS Luqman [31]: 13)


“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al-Israa’ [17]: 32)


Jika diperhatikan dengan seksama bahwa setiap kata ‘jangan’ selalu disertai dengan alasan mengapa hal itu dilarang. Karena setiap larangan pasti ada alasan yang melatarbelakanginya. Begitu juga dalam dunia pendidikan anak-anak, saat orang tua menggunakan kata ‘jangan’ harus menyertakan alasannya. Misalnya kalimat larangan ‘jangan berlari!’ harus dijelaskan alasannya, ‘karena jika berlari bisa saja terjatuh, tersandung batu, atau menabrak orang lain’. Alasan bisa disesuaikan kondisi mengapa orang tua membuat larangan tersebut. Kemudian berikan saran sebaiknya apa yang harus anak-anak lakukan, ‘yuk berjalan saja!’ misalnya.


Jadi ada tiga tahapan ketika menyampaikan larangan menggunakan kata ‘jangan’, yaitu sebagai berikut:


  1. Pergunakan kata ‘jangan’ dengan intonasi dan ekspresi yang tenang.

  2. Sertakan alasan mengapa hal itu dilarang.

  3. Sampaikan apa yang sebaiknya dilakukan oleh anak.


Mengapa demikian? Agar anak-anak paham bahwa tindakan itu memang tidak boleh dilakukan karena bisa merugikan diri sendiri atau orang lain. Mereka juga tidak sekedar menjalankan perilaku yang seharusnya tapi memahami keuntungan atau kebaikan apa yang bisa mereka dapatkan ketika bertingkah laku yang baik.


Baca Juga: Mendidik Anak Terbiasa dengan Kalimat Thayyibah


Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, artinya terdapat kasih sayang dan kelembutan yang pastinya menciptakan ketenangan di dalamnya. Tetapi juga agama yang mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar, artinya perintah menegakkan yang benar dan melarang yang salah. Jika anak-anak tidak tahu perkara yang salah dan benar, lalu bagaimana mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar?


Setiap orang tua menginginkan anak-anak memiliki kepribadian yang positif, namun bukan berarti menggunakan kata ‘jangan’ mencerminkan kalimat negatif. Orang tua hanya perlu menata kalimat yang disampaikan ke anak agar bisa diterima dan dipahami oleh anak. Begitu juga dengan kata ‘jangan’, sebaiknya tidak dihindari selama orang tua memperhatikan bagaimana penerapan yang tepat.


Salam,

Metanamama



Kontributor: Syifa Achyar

Editor: Vivi Ermawati




Sumber: http://journals.ums.ac.id/index.php/suhuf/article/view/5640

Posting Komentar

0 Komentar