Aurat Anak Perempuan

Perempuan adalah bagian tak terpisahkan dari keindahan. Ia diciptakan dengan penuh kemuliaan. Islam begitu meninggikan derajat seorang perempuan dalam penjagaan yang luar biasa. Jika seorang ratu dalam kerajaan saja tak dapat ditemui bahkan disentuh oleh sembarang orang, dalam Islam hakikat derajat seorang perempuan bahkan lebih dari itu. Mahal. Singkatnya perempuan adalah perhiasan yang mahal, bukan hanya karena paras melainkan diimbangi dengan akhlak yang terpuji.

Setiap orang tua yang memiliki anak perempuan merupakan anugerah yang istimewa. Dalam Islam ada keutamaan bagi orang tua yang mampu mendidik anak perempuan dengan baik hingga dewasa, yaitu dapat menjadi penghalang api neraka bagi kedua orang tuanya. Seperti telah tertuang dalam hadis yang artinya:


"Barang siapa diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, kelak mereka akan menjadi penghalang dari api neraka" (HR. Ahmad)

Diriwayatkan dari Uqmah ibn Aamir, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam juga pernah bersabda: "Siapa pun yang memiliki tiga anak perempuan dan sabar terhadap mereka, dan memberi mereka makan, memberi mereka minum, dan pakaian dari hasil usahanya, maka mereka akan menjadi pelindungnya di hari kiamat." (HR. Ibnu Majah)


Begitu mulia seorang perempuan dalam pandangan Islam sehingga jaminan dalam membimbingnya pun adalah surga. Karena keistimewaan tersebut, maka perempuan sangat ketat dalam penjagaan terutama yang terlihat dalam pandang. Perempuan dalam Islam telah diatur untuk mengenakan pakaian sesuai syariat Islam. Batasan aurat perempuan juga sangat jelas dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59:


“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu'min: 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.' Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


Hadis riwayat Abu Dawud mengisahkan Asma binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan memakai pakaian yang tipis. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pun berpaling darinya dan bersabda, “Wahai Asma, sesungguhnya seorang wanita itu jika sudah haid (sudah baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali ini dan ini”, beliau menunjuk wajahnya dan kedua telapak tangannya.


Sebagai orang tua muslim, tentu menjadi sangat penting untuk membimbing anak-anak perempuan dalam berpakaian yang sesuai dengan syariat Islam.


Akan tetapi, proses membimbing tersebut tidak serta merta bisa menjadi perilaku yang biasa bagi anak-anak. Apalagi jika orang tua tidak memulainya sejak anak masih usia balita. Perlu usaha lebih lagi agar anak-anak tidak hanya menerapkan batasan aurat dalam berpakaian secara syariat tetapi juga memahaminya.


Sebelum membahas apa saja yang perlu orang tua lakukan, ada baiknya jika orang tua terlebih dahulu memahami seperti apa batasan aurat perempuan dengan benar. Tak sedikit yang masih beranggapan bahwa menutup aurat hanya ketika berada di luar seperti halnya saat bepergian dengan jarak jauh. Padahal dalam Islam telah dijelaskan batasan dan kepada siapa saja aurat boleh atau tidak boleh ditampakkan.


Berikut beberapa hal yang perlu orang tua lakukan untuk membiasakan anak menutup aurat:


Memberikan Pemahaman pada Anak


Anak-anak biasanya lebih mudah memahami apa yang disampaikan orang tua melalui dongeng atau cerita. Selain itu, bisa juga sambil bermain peran ataupun ngobrol ringan. Tentukan waktu dan kondisi yang tepat.


Menjadi Contoh bagi Anak


Bagaimanapun juga teladan terbaik berawal dari orang tua yang menghabiskan waktu lebih lama bersama anak dalam keseharian. Orang tua terutama ibu perlu memberikan contoh menutup aurat dengan benar, karena anak akan terbiasa melihat kapan dan dalam situasi seperti apa ibunya berpakaian menutup aurat.


Memfasilitasi Kebutuhan Anak


Biasakan untuk membeli pakaian muslimah bagi anak perempuan. Pilih yang anak sukai dan paling penting nyaman. Tak harus selalu model gamis, tapi bisa juga pakaian panjang yang penting sopan. Misalkan anak belum terbiasa mengenakan hijab, maka tidak perlu dipaksa, minimal bisa dipakai saat bepergian.


Baca Juga: Bayi Gumoh, Bahayakah?


Menyiapkan Lingkungan


Saat anak sudah berusia sekolah, tentu ia akan memiliki teman dan lingkungan. Jika lingkungan keluarga besar dan sekitar rumah tidak mendukung anak dalam proses belajar menutup aurat, maka orang tua perlu membatasi atau meminimalisasi interaksi kedua lingkungan tersebut dengan anak. Kembali pada poin nomor 1 yaitu berikan pemahaman.


Memotivasi dengan Apresiasi


Dukungan saat anak berpakaian menutup aurat perlu ditunjukkan dengan jelas. Motivasi yang orang tua berikan dapat menumbuhkan kepercayaan diri anak dalam berpenampilan. Apresiasi bisa berupa pujian, hadiah, pelukan atau apa pun sesuai dengan bahasa cinta mereka.


Membiasakan anak perempuan menutup aurat di tengah hingar bingar dunia dengan berbagai style baju yang beragam bisa menjadi tantangan tersendiri. Tak dipungkiri beberapa yang menawan justru jauh dari syariat Islam. Namun apa pun usaha yang diberikan, tetap yang penting dan tak boleh dilupakan adalah komitmen dan konsistensi dari orang tua, karena menjadi biasa tentu harus diawali dengan mau dan bisa mencoba.


Salam,

Metanamama



Kontributor: Syifa Achyar

Editor: Vivi Ermawati



Posting Komentar

0 Komentar