Menumbuhkan Akhlak Nabi pada Diri Anak

Anak adalah anugerah sekaligus amanah yang kelak akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Anak adalah titipan yang sudah seharusnya tidak hanya dirawat, dijaga, namun juga harus dibimbing hingga ia mandiri dalam segala hal. Proses membimbing anak dalam mengarungi kehidupan dunia di dalam Islam telah diatur sedemikian rupa. Sebagai umat Islam pasti sudah mengenal bahwa pedoman dalam hidup seorang muslim adalah Al-Qur’an dan tentunya akhlak dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.

Seorang anak biasanya memiliki idola dalam hidupnya. Entah salah satu orang tua yang jadi idolanya, teman, keluarga, atau bahkan dari tokoh kartun film yang ditontonnya. Nah, masa pengenalan Rasulullah sebaiknya dilakukan oleh orang tua sedini mungkin. Apabila sedikit saja terlambat, maka bisa saja perjuangan orang tua lebih berat dibandingkan dengan yang mengenalkan lebih awal.

Akhlak adalah perilaku yang bisa anak contoh untuk ia terapkan dalam sehari-hari. Cara yang paling mudah untuk mengenalkan akhlak adalah dengan menjadi teladan atau contoh bagi mereka. Tentu orang tua sebaiknya menjadi role model atau contoh akhlak nabi sebagai orang yang paling dekat dengan anak dan paling lama menghabiskan waktu bersama anak.


Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua untuk membiasakan akhlak Nabi di keseharian anak sebagai berikut:


  1. Mencium dan mengelus kepala anak-anak


Perilaku tersebut mengajarkan tentang kasih sayang. Dalam makna yang lebih luas adalah memberikan perhatian penuh terhadap anak-anak. Jika anak melakukan kesalahan, biasakan untuk tidak marah melainkan bersikap mengajak anak untuk berbicara bersama dengan hati yang tenang. 


Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:


ليس من أمتي من لم يجل كبيرنا و يرحم صغيرنا و يعرف لعالمينا حقه


"Bukan dari golongan umatku seorang yang tidak menghormati orang-orang tua di kalangan kami, dan tidak menyayangi anak-anak kecil di antara kami, dan juga seorang yang tidak mengetahui hak-hak dari Ulama-Ulama di antara kami". (HR. Ahmad, at-Thabrani)


  1. Berkata jujur kepada anak


Orang tua pasti menginginkan anaknya untuk selalu berkata jujur apa adanya dan terbuka dalam segala hal. Untuk menumbuhkan sifat jujur, orang tua perlu mencontohkan terlebih dahulu. Paling sederhana, pada waktu anak masih balita, misalnya mengalami gerakan tutup mulut saat makan. Orang tua kadang mengantisipasinya dengan berkata yang tidak benar, seperti “lihat itu ada burung” padahal tidak ada atau “nanti ditangkap polisi kalau gak makan,” yang seolah-olah anak melakukan kesalahan padahal tidak demikian. Bagi orang tua pekerja yang terpaksa harus menitipkan anaknya dengan keluarga lain seperti nenek, tante, atau mungkin asisten rumah tangga tak perlu berbohong pada anak dengan cara diam-diam pergi meninggalkan anak. Termasuk dalam hal janji, belajar menjadi orang tua yang bisa menepati janji pada anak adalah bagian dari kejujuran. Karena itu, gunakanlah komunikasi yang baik dengan anak-anak jika menginginkan mereka melakukan hal yang sama terhadap kita sebagai orang tua.


  1. Menceritakan kisah perjuangan rasul


Kisah perjalanan rasulullah tak luput dari perjuangan yang tidak mudah dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Beri tekanan pada bagaimana sikap rasul dalam menghadapi setiap tantangan yang berat dalam hidup. Seperti kesabaran dan kebaikan hati beliau yang bisa dicontoh oleh anak-anak.


Baca Juga: Manfaat Bermain di Alam secara Holistik


  1. Mengajak anak ke majelis bersama


Apabila orang tua aktif di sebuah kajian keagamaan, sesekali mengajak anak untuk turut serta selama materi yang diberikan bukan untuk dewasa. Saat kajian, meskipun anak belum bisa memahami materi yang disampaikan, tapi suasana dalam majelis atau kajian tersebut anak-anak sudah belajar menyesuaikan diri, menjaga sikap, dan bersosialisasi yang tentunya tidak didapatkan di luar majelis atau lingkungan biasa pada umumnya.


  1. Turut serta dalam setiap aktivitas anak


Dalam konteks yang lebih dalam, turut serta artinya hadir tidak hanya secara raga melainkan hati juga. Sepenuhnya orang tua hadir membersamai anak dalam setiap aktivitasnya. Hal ini bertujuan untuk membangun jiwa yang empati terhadap perasaan orang lain. Misal saat bermain, anak bertengkar dengan saudaranya, orang tua yang hadir sepenuhnya bisa memberikan pemahaman tanpa mengesampingkan perasaan anak sambil menyampaikan mana perilaku yang benar dan yang mana keliru.


Menerapkan kebaikan-kebaikan sebagai bagian dari value keluarga bisa membantu anak untuk berperilaku yang baik sesuai akhlak rasul. Karena keluarga adalah lingkungan terdekat anak sekaligus pondasi utama untuk menanamkan hal-hal baik yang dampaknya bisa lebih besar dibanding faktor lainnya. Sebagai penunjang, orang tua bisa menyediakan buku bacaan atau film kisah-kisah rasulullah agar anak bisa lebih banyak mendapatkan nyata untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.



Salam,

Metanamama



Kontributor: Syifa Achyar

Editor: Vivi Ermawati




Sumber:

https://kalam.sindonews.com/read/217432/69/7-akhlak-rasulullah-terhadap-anak-anak-layak-diteladani-1604322699?showpage=all

Posting Komentar

0 Komentar